Pengikut

Kamis, 03 Maret 2011

hortatory exposision

Let’s Make City Clean and Fresh

A clean and fresh city will surely make the inhabitants healthy. Every morning especially in dry season, all roads must be watered with clean water and swept by the workers of the regional government under the Major’s instruction.

To keep the people from heavy pollution caused by cars, trucks and motorcycles, enough trees must be planted along all roads. Every building or house in the city must be surrounded short and small trees which bear colorful flower.

Bad and improper habits which cause disadvantages, bad smell and dangerous diseases to people such as smoking and throwing rubbish anywhere should be stopped at once.
The major of each city will have to think over the way how to educate people, so that they realize on how important cleanliness and health are for their own sake. Building more public lavatories at every busy place is very badly needed.

It will be wise if the Major decides a certain amount of fine to be paid by those who disobey the government regulation on cleanliness matter. A man who urinate not at lavatory, smoke not at smoking room or throw rubbish at the roads should be fined for instance. Besides dirtying the environment with cigarettes’ butts, smoking will also cause pollution and lungs disease to other people.
So bad habits and impolite attitude should be immediately stopped, otherwise the city will be dirty, unhealthy badly polluted and will never attract foreign or domestic tourist

Senin, 24 Januari 2011

Tugas B. Sunda (Cerita Wayang Golek)

Tirta wanara Suta

Mendengarkan Wayang Golek

Lakon : Tirta Wanara Suta
Dalang : H. Asep Sunandar Sunarya

Dikisahkan di sebuah kerajaan bernama Banjar Kancana. Sang raja bernama Prabu Banjarpati, sedang berkumpul bersama patih, adinda raja bernama Dewi Banjarwati, dan senopati, adinda bungsu raja bernama Banjar Segara, tiada lain tengah merundingkan keadaankerajaan yang sedang tertimpa banyak musibah.

Bisa kerajaan kembali aman sejahtera namun harus mengorbankan tumbal, yakni dengan darah Bima, Pandawa yang kedua. Bima pun saat itu telah dalam tahanan. Masalahnya tubuh bima, dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki, tidak mempan oleh senjata apapun di dunia ini. Namun patih kerajaan mendapat informasi dari Togog, adik Semar, bahwa tubuh Bima bisa mempan oleh senjata namun kepalanya harus dipukul dulu oleh Layang Jamuskalimusada.
Tidak lama kemudian sang raja memerintahkan patih dan senopati untuk mencuri Layang Jamuskalimusada dari Amarta, yang saat itu sedang dipegang oleh Prabu Yudistira. Berkat kesaktiannya, senopati Banjar Segara kemudian menggunakan Aji Malih Warna, merubah wujud tubuhnya menjadi wujud Batara Kresna. Di saat yang bersamaan sebetulnya Arjuna, Pandawa yang ketiga, tengah hilang dari kerajaan, tidak diketahui kemana perginya. Sesampainya di Amarta, Batara Kresna jadi-jadian ini langsung bertemu dengan Prabu Yudistira. Dia meminta pinjam Layang Jamuskalimusada dengan alasan untuk pengobatan. Yudistira pun langsung memberikan layang tersebut karena tidak ada rasa curiga sedikitpun.
Setelah Batara Kresna pulang, tidak lama kemudian Batara Kresna yang asli muncul datang menemui Prabu Yudistira, dengan maksud ingin bertanya bagaimana Arjuna bisa menghilang. Sontak Yudistira kaget dengan kejadian tersebut. Diceritakanlah peristiwa yang telah terjadi kepada Batara Kresna. Kresna langsung bertemu dengan Gatotkaca dan memintanya untuk menangkap pencuri layang tersebut. Dengan mengunakan Gambar Lopian milik Kresna, pencuri tersebut segera ketahuan kemana perginya. Kresna pun menggunakan Aji Malih Warna, merubah wujud tubuhnya menjadi wujud sang patih Dewi Banjarwati. Maka ketika Banjar Segara memberikan layang tersebut kepada Banjarwati jadi-jadian, layang kembali ke tangan Batara Kresna. Banjar Segara pun kaget.

Gatotkaca meminta bantuan Anterja, kakanda Gatotkaca, untuk mencari Banjar Segara karena bisa masuk ke dalam tanah. Kemudian Banjar Segara menggunakan Aji Halimunan, yakni aji dimana tubuh tidak akan terlihat oleh siapapun. Tidak kalah taktik, Banjar Segara segera berubah wujud kembali menjadi Prabu Yudistira dengan menunggu di pintu gerbang istana keraton kerajaan Amarta. Ketika Kresna memberikan layang kepada Yudistira jadi-jadian itu otomatis layang pun kembali ke tangan pencuri. Banjar Segara langsung kabur pulang ke kerajaannya.


Selanjutnya Kresna berniat berkunjung ke rumah Semar Badranaya, yang saat itu Semar sedang sakit parah yakni terdapat benjolan besar di kelopak matanya.


Bagaimana Semar mendapat penyakit seperti itu dan bisa sembuh kembali?

Bagaimana Layang Jamuskalimusada bisa kembali ke Amarta?
Bagaimana nasib Bima?
Dimanakah Arjuna berada?
Dan siapakah Tirta Wanara Suta itu?

Dibungkus dengan dakwah dan bodoran Cepot khas Asep Sunandar Sunarya, Tirta Wanara Suta penuh dengan didikan dan hiburan.